Minggu, 21 Februari 2016

Bersekutu dgn Syetan....

"Islam dan Kasih Sayang"

Dialog seorang ahli tafsir dan ulama kesohor dari Mesir... SYEIKH Prof. Dr. Muhammad Mutawalli Sya'rawi. Semoga Allah menjaganya. Di mana beliau berkata:

Aku berdiskusi dengan seorang pemuda yang keras (dalam ber-Islam):
Maka aku bertanya, “Apakah meledakkan Klub malam di suatu negara muslim halal atau haram?”

Dan dia menjawab, “Tentu saja halal, dan membunuh mereka pun diperbolehkan.”
Aku bertanya lagi, “Kalau kamu membunuh mereka yang bermaksiat ke mana mereka akan kembali?”
Dia menjawab, “Sudah pasti ke neraka.”


Lalu aku bertanya lagi, “Sedangkan ke mana tujuan syetan menggoda manusia?”
Dia menjawab, “Pasti ke neraka juga.”
Maka aku berkata padanya, “Berarti kalian bersekutu dengan syetan dalam satu tujuan yaitu menjerumuskan manusia ke dalam neraka!”

Dan aku berikan dia satu hadits Rasulullah SAW ketika ada jenazah orang Yahudi yang lewat di hadapannya kemudian Beliau menangis, maka para sahabat bertanya: “Apa yang membuatmu menangis ya Rasulallah?” Beliau menjawab: “Aku telah membiarkan satu orang masuk neraka…”

Maka aku berkata lagi pada pemuda itu, “Perhatikan perbedaan pola pikir kalian dengan Rasulullah SAW yang berusaha untuk memberikan hidayah kepada manusia dan menyelamatkannya dari siksa Api neraka.

Kalian di satu lembah, sedangkan Rasulullah SAW dan Islam di lembah yang lain.”
Dan saya, Yusuf Mansur, melihat, perbedaan cara pandang ini juga terjadi sebab perbedaan ilmu dan pengetahuan yang didapat dan dipelajari.

Maka mempelajari bagaimana Islam mengasihi... Menyayangi... Juga menjadi demikian penting. Belajar peduli dan berbagi. Termasuk peduli agar justru orang ga masuk neraka. Dengan memberi perhatian... Dengan memberi pengajaran... Bukan dengan menghancurkan. Yang akhirnya orang-orang yang masih kita anggap sesat, malah ga punya kesempatan sama sekali untuk masuk surga.

Bahkan Islam mengajarkan kita untuk mendoakan orang-orang yang masih salah, masih berada di jalan yang salah, agar mendapatkan petunjuk... Mendapat hidayah. Dengan Cara-Caranya Allah, syukur-syukur kita diizinkan-Nya berikhtiar menjadi sebab-sebab orang dapat hidayah juga.

Dan sebagai ummat Islam, yang kita percaya bahwa jalan kita adalah jalan yang benar, strategi dakwah dan pendidikan yang benar kepada orang lain, adalah dengan memberi dan menjadi contoh. Contoh kebaikan. Contoh yang bagus. Dalam hidup dan berkehidupan. Sehingga orang bisa dan akhirnya belajar. Baik secara langsung maupun tidak langsung. Lewat apa-apa yang dilihatnya, didengarnya, dirasanya, dari kita. Dan kita itu... Muslim. Islam. Dan mereka akhirnya punya penilaian tersendiri... Tersentuh. Terketuk. 

Dan "menular" serta berpengaruhlah contoh itu. Lalu akhirnya mereka mencari tau tentang Islam dari pintu ketertarikan akan kepribadian sebagai seorang muslim muslimah.

Lalu kita liatlah diri kita. Tidak jarang kita tidak mau berproses. Maunya serba instan. Padahal kita-kita sendiri di dalam mengenal Allah, pun berproses. Ga instan. Sebagiannya beruntung. Sebab lahir sudah dari keluarga yang sudah muslim muslimah duluan.

Mari... Kita contohkan akhlak mulia  dalam keseharian kita. Bicara kita. Bicara Islam.
Bahwa persepsi yang timbul. Sebab media. Dan sebab kelakuan sebagian orang. Biarlah. Toh kita ga bisa sepenuhnya punya hak kontrol terhadap apa-apa yang bukan dari diri kita. Kita ikhtiar saja. Berakhlak dengan akhlak yang super. 

Yang mulia. Mudah-mudahan kehadiran kita sebagai bagian dari Islam, ikut meninggikan, menjayakan, mengharumkan, Islam. Dienullaah. Agamanya Allah. Bukan sebaliknya. Merendahkan. Menistakan. Menjelekkan, Islam.

Semoga Allah memberikan kita Hidayah-Nya, & menjaga kita semua. Seraya minta dipilihkan Allah agar bisa menjadi sebab orang-orang lain juga mendapatkan Hidayah-Nya.
Aaamiin.
Salam, @Yusuf_Mansur.

Sumber : Milis

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima Kasih atas Kunjungannya, semoga bermanfaat untuk Kita Semua.

Salam,