Dinasti Umayyah di Damaskus, Suriah (41-132H/661-750M)
memiliki empat belas raja. Salah seorang diantaranya adalah Hisyam bin Abdul
Mlik, raja ke-10. Ia berkuasa pada periode 101-105 H/720-724M dan bersikap
angkuh.
Raja Hisyam
menerapkan peraturan bahwa setiap orang yang datang menghadapnya harus selalu
mengenakan alas kaki.Sang tamu pun harus mengucapkan salam dengan takzim.Tak
boleh pula memanggil nama raja,cukup dengan menyebut gelar atau kunyah.Selain
itu siapapun tak ada yang boleh duduk di samping raja tanpa meminta izin dan
dipersilahkan terlebih dahulu.
Suatu
ketika, sang raja tengah berada di Kota Suci “Makkah
Almukarramah”.Sekonyong-konyong masuklah Thawus Alyamani, seorang
tabi’in(sahabat dari sahabat Nabi Muhammad Saw)keruangannya.Ia masuk tanpa alas
kaki dan tanpa mengucap salam.Thawus pun menyebut nama Hisyam,tanpa gelar
apa-apa.
Hisyampun
marah di buatnya.Ia hampir saja memanggil para pengawal bersenjata jika tak
buru-buru di cegah oleh thawus.
“tunggu dulu wahai Hisyam.Aku datang kesini demi
kebaikanmu.”
“kebaikan?dengan melanggar segala aturan yang telah
kutetapkan?”Hisyam mendelik kesal.
“Dengarlah
aku datang tanpa sepatu karena kebiasaanku ketika menghadap Allah Swt,kakiku
selau dalam keadaan telanjang.Mengapa engkau sebagai makhluk Allah ingin
melebih-lebihkan diri?mewajibkan semua orang yang menghadapmu bersepatu dan
menghardik yang tak bersepatu?’
Hisyam terkejut mendengar ucapan Thawus.Ia tercenung dan
coba meresapi kalimat-kalimat yang baru saja ia dengar.
“memang
aku tidak mengucapkan salam takzim.”serta tidak menyebutmu dengan gelar
amiiru-Imu’miniin sebab tidak semua orang rela dengan kepemimpinanmu..Banyak
rakyat yang menderita akibat tindakanmu yang hanya memperhatikan kaum
elite,kroni,dan saudara-saudaramu untuk hidup bermewah-mewahan.”
Kepala Hisyam tertunduk “Aku juga memanggil
namamu bukan kunyahmu yang penuh arogansi itu.Apalagi Allah swt
memanggil hamba-hamban-Nya yang terkasih
dari kalangan nabi dan rasul dengan namanya semata. Seperti”wahai Daud”, wahai
Yahya’”wahai Isa,”katakanlah olehmu Muhammad,”dan sebagainya.Malah Allah
memanggil musuh-musuh-Nya dan orang-orang durhaka dengan kunyah seperti Abu
Lahab yang binasa bersama harta bendanya.Bahkan,istrinya membawa kau bakar
neraka dan lehernya terjerat tali sabut..Mengapa engkau ingin di samakan dengan
dia?”
Lalu Thawus membacakan surat Al Lahab:
Tabbat yadaa abii lahabi (w)watabb, Maa aghnaa ‘anhu maaluhuu wamaa kasab
Sayarhlaa naaran dzaata lahab, Wamra’atuhuu hammaalatalhathab
Fii jiidihaa hablu(m)mi(m)masad
Hisyam menyadari sekaligus menyatakan penyesalan atas
kekhilafan nya selama ini.Ia pun berterima kasih kepada Thawus Alyamani yang
telah berani memperingatkan dirinya.sementara orang-orang lain disekelilingnya
malah tak ada yang berani.
Sejak saat itulah, Hisyam bin Abdul Malik mengubah
kebiasaannya
Diambil dari :
(H.Usep Romli HM ) Pikiran Rakyat, Agustus 2012.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima Kasih atas Kunjungannya, semoga bermanfaat untuk Kita Semua.
Salam,