Rabu, 19 Desember 2012

Kisah Zaid bin Tsabit, Sekretaris Rasulullah

Syahdan, ketika sedang memeriksa pasukan yang bersiap menghadapi perang Badar, Rasulullah dihampiri oleh seorang bocah berusia tiga belas tahun.Sambil menggenggam pedang,bocah itu berkata dengan tegas, ”Aku siap berkorban untuk diri anda ,Ya Rasulullah. Izinkan aku ikut berjihad di bawah komando anda. Rasulullah memandangi bocah itu. Diam-diam iapun merasa kagum dan gembira.

Diraihnya bahu bocah itu, lalu di tepuk dengan penuh kasih sayang. Dengan kalimat menghibur, Rasulullah mengingatkan sang bocah bahwa ia harus dikembalikan kepada orang tua karena masih terlalu muda.dengan wajah murung, sang bocah membalikkan tubuh, lalu pulang sambil menyeret pedang. Rupanya peristiwa itu disaksikan oleh ibu sang bocah, Nuwar binti Malik. Pertemuan itu memang sengaja mengikuti anaknya untuk menghadap Rasulullah.



Ia ingin sekali melihat putranya itu menggantikan kedudukan ayahnya yang telah tiada. akan tetapi, mendengar jawaban Rasulullah , Nuwar pun bersedih hati. Sang anak telah gagal menjadi mujahid bersama Rasulullah. Bocah pemberani itu bernama Zaid bin Tsabit. Gagal mendampingi Rasulullah berperang ternyata tak membuat Zaid bin Tsabit patah semangat.Zaid cilik akhirnya menemukan cara agar bisa mendekatkan diri dengan Rasulullah,yakni melalui ilmu dan hafalan Al-qur’an. 

Niat itu diutarakan kepada ibunya. Nuwar binti Malik pun merasa gembira.Bahkan, dia bertekad membantu sepenuhnya agar cita-cita putranya tercapai. Beberapa waktu kemudian , Nuwar binti Malik menyampaikan hasrat Zaid binTsabit kepada tokoh-tokoh kaumnya. Mereka kemudian menghadap Rasulullah seraya berkata,”Zaid bin Tsabit, hafal surat ini dan surat itu dari Kitabullah. 

Dia mampu membacanya dengan fasih sebagaimana diturunkan ke dalam kalbu Anda. Di samping itu,dia juga pintar membaca dan menulis.Dia ingin mendekatkan diri kepada Anda memalui jalan ini. Bolehlah anda uji dia kalau berkenan.” Rasulullah pun mendengarkan bacaan Zaid binTsabit tentang sebagian ayat yang dia hafal. Ternyata memang benar.Bacaan anak itu tepat sekali. Mantiqnya-nya (kaidah bahasanya) jelas.  
Dilidah Zaid kalimatullah tampak gemerlapan,sejelas pantulan bintang-bintang di permukaan telaga. 

Rasulullah amat gembira,apalagi setelah membuktikan kecekatan Zaid dalam menulis. Beliau berkata,”ya Zaid belajarlah bahasa Ibrani karena aku tidak percaya apa-apa yang dituliskan oleh orang-orang Yahudi itu.” “Baik, ya Rasulullah,”Zaid menjawab. Dia langsung belajar bahasa’Abriyah(Ibrani) dan menguasainya dalam waktu singkat.Selain itu,atas perintah Rasulullah juga, Zaid belajar bahasa Suryaniyah.Sejak itulah Zaid diangkat menjadi sekretaris Rasulullah dan menuliskan surat-surat untuk kaum yahudi. Zaid pula yang membacakan surat-surat yang diterima Rasulullah dari kaum Yahudi.

Diambil dari :
Pikiran Rakyat, Agustus 2012
(Nugraha Ramadhani,dinukil dari “sosok para sahabat nabi”karya Dr Abdurrahman Ra’fat Albasya) 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima Kasih atas Kunjungannya, semoga bermanfaat untuk Kita Semua.

Salam,